Kamis, 14 Mei 2015

MILIKILAH PERUBAHAN

“Allah tidak akan merubah diri suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri mau merubahnya”

Perubahan merupakan hukum alam (sunnatullah). Semua makhluk di muka bumi ini baik manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, tata surya dan lain-lain, semuanya mengalami perubahan tanpa terkecuali. Karena sifat dasar alam itu sendiri adalah berubah. Kita pun sebagai manusia terus-menerus mengalami perubahan baik dengan yang kita kehendakai atau pun yang tidak kita kehendaki.

Perubahan tidak dapat dihindari meskipun kita tidak menginginkan perubahan. Perubahan terus berjalan seiring berjalannya waktu. Dan semua yang ada dalam diri manusia baik karakter mau pun fisik dapat menerima dan mengalami perubahan. Perubahan fisik akan selalu terjadi tanpa kehendaki bahkan tanpa kita sadari, dari muda menjadi tua dan seterusnya. Namun, perubahan karakter atau sifat perlu adanya usaha dan pembiasaan melakukan hal-hal yang baru.

Perubahan karakter atau sifat akan mempengaruhi perubahan lingkungan sekitar dan mempengaruhi masa depan seseorang. Tentunya gagal atau pun berhasilnya seseorang dalam proses mencapai tujuan hidup atau impian seseorang.

Selamanya, kita tidak bisa menuntut perubahan pada hidup, lingkungan bahkan orang sekitar, kecuali kita mau merubah pola pikir. Pola pikir akan menghasilkan kebiasaan-kebiasaan yang nantinya kebiasaan-kebiasaan itu akan menentukan perubahan dalam hidup dan lingkungan sekitar.

Menjadi Sebab, Bukan menjadi Akibat

Menjadi sebab dari perubahan hidup (akibat) itu berresiko, tapi lebih berresiko lagi menjadi akibat dari perubahan hidup. Kita adalah nahkoda, kapal yang kita kendalikan adalah nasib kita sendiri dan samudra yang dilalui adalah hidup kita. Tentunya, ketika hendak berlayar sang nahkoda harus menentukan dahulu tujuannya, kemana arahnya dan pulau mana yang akan dituju. Butuh keberanian untuk berlayar di tengah-tengah samudra, karena tentunya resiko-resiko yang akan menghadang semakin besar. Akan tetapi, karena arah dan tujuan yang sudah jelas, sang nahkoda tetap focus pada tujuannya meski pun ombak dan badai terus menghantam kapalnya. Dan ia adalah menjadi sebab dari tujuannya. Ia mendapati pulau yang dituju dan yang diinginkannya

Sebaliknya ketika sang nahkoda berlayar tanpa arah dan tujuan yang jelas, di tengah-tengah samudra ia akan kebingungan, kemana ia harus mengarahkan kapalnya. Ia memilih mengikuti arah mata angin. Dan ia menjadi akibat yang dilakukannya, ia mendapati pulau yang tidak ia inginkan, berbagai resiko pun ia rasakan dengan pulau tersebut

Begitulah gambaran hidup. Kita harus menjadi sebab dari perubahan. Menentukkan arah dan tujuan atau impian yang jelas, proses demi proses kita harus lakukan dengan sabar dan ikhlas. Sering kali orang mengatakan “biarlah hidup ini seperti air mengalir.” Pola pikir seperti itulah orang yang menjadi akibat dari perubahan. Ia pasif, tidak berusaha melakukan perubahan-perubahan dalam hidupnya. Toh, ketika hidup membawa ia dalam kesengsaraan ia akan menyalahkan hidup dan orang sekitar bahkan ia selalu menyalahkan takdir “takdir tidak berpihak padaku”, ia selalu mencari berbagai alasan agar ia tidak disalahkan. Padahal siapa yang salah? Tentu dirinyalah yang salah.

 

Law of Causality

Sebab dan akibat atau yang dikenal oleh filosof dengan Law of Causality adalah hukum alam (sunnatullah). Sebab dan akibat adalah satu dari kesatuan yang selalu berkaitan, maka sebab dan akibat tidak bisa terpsahkan. Dimana ada sebab pasti ada akibat yang ditimbulkan dari sebab.

Hukum kausalitas akan menjawab semua yang dilakukan oleh seseorang baik itu negative atau pun positif, tergantung apa yang dilakukannya. Hukum kausalitas tidak bisa kita hindari. Tidak ada upaya yang berarti untuk melawan hukum ini. Hukum ini adalah pergerakkan alam yang terus menerus dan akan menimbulkan akibat dari pergerakkan tersebut. Akibat kita kenyang karena sebab kita makan, akibat adanya siang dan malam sebab karena rotasi bumi mengelilingi matahari, akibat adanya suara karena sebab adanya benda yang bergetar dan seterusnya. Maka dari itu, kita harus dapat mengatur diri kita sendiri baik dalam berpikir mau pun bertindak, karena apa yang kita pikirkan dan menjadi dominan dalam pikiran akan menjadi akibat (kebiasaan), dari kebiasaan (akibat yang menjadi sebab) akan menentukkan perubahan hidup (akibat).

Hukum sebab akibat tidak serta merta terjadi sesuai dengan yang kita inginkan. Maka dari itu, Aristotels merumuskan empat hukum terjadinya akibat.

            Causa Materialis

Sebelum saya jelaskan tentang hukum ini, terlebih dahulu saya berikan contoh. Soerang tukang pembuat meja, apa yang dilakukan terlebi dahulu? Membuat pola? Ya, kalau sudah ada bahannya. Kalau belum ada bahannya apa yang ia lakukan terlebih dahulu? Ya, mencari bahan atau kayu terlebih dahulu.

Begitu juga, ketika kita ingin menjadi apa yang kita inginkan, terlebih dahulu yang kita lakukan adalah membuat impian. Kayu adalah meterialis yang menjadi sebab adanya meja, begitu pula, impian adalah materilais yang menjadi sebab keberhasilan yang sesuai dengan yang kita impikan

            Causa Formalis

Yaitu, kita memimpikan sesuatu dan memvisualisasikan sehingga menjadi pola yang seakan-akan nyata. Sebagai contoh, tukang pembuat meja tentunya sebelum ia mulai membuat meja terlebih dahulu yang ia lakukan adalah memvisualisasikan pola mejanya dalam pikirannya.

            Causa Efficiens

Hukum ini adalah eksekusi yang dilakukan oleh tukang pembuat meja. Setelah ia mendapat bahan membuat meja dan ia membuat pola atau memvisualisasikan mejanya selanjutnya yang ia lakukan adalah mengeksekusi untuk mewujudkan mejanya. Begitu juga, ketika kita memimpikan sesuatu lalu memvisualisasikan impiannya sehingga menjadi seakan-akan nyata, selanjutnya yang kita lakukan untuk mewujudkannya adalah memulai gerakan atau mengeksekusinya.

            Causa Finalis

Setelah kita melakukan tiga tahapan di atas, dari menentukan impian, memvisualisasikannya dan melakukan tindakan selanjutnya adalah sebab akhir dari tujuan kita, yaitu suatu akibat.

Perubahan hidup (akibat) secara umum disebabkan oleh factor internal dan factor eksternal. Kedua factor ini saling kait mengkait. Factor internal bisa disebabkan oleh factor eksternal, dan sebaliknya factor eksternal pun bisa disebabkan oleh factor internal.

Perubahan hidup karena factor internal ditimbulkan oleh pola berfikir (mindset) dan apa yang menjadi dominan dalam pikiran. Dalam pola berpikir tersebut yang terus menerus sehingga tersimpan menjadi pikiran bawah sadar. Dari pikiran bahwa sadar tersebut akan menjadi kebiasaan-kebiasaan seseorang sehingga  menjadi perilaku, karakter dan tindakkan. Perilaku, karakter dan tindakan tersebut akan dapat merubah lingkungan sekitar bahkan merubah hidup seseorang.

Dan perubahan hidup yang disebabkan oleh factor eksternal ditimbulkan oleh lingkungan sekitar; keluarga, sekolah, apa yang dilihat, apa yang dibaca dan lain-lain. Otak akan merespon semua informasi dari lingkungan tersebut tanpa penyarinngan. Dan dari berbagai informasi yang diperoleh otak dari lingkungan akan membentuk pola pikir (mindset) dan seterusnya.

Dalam upaya merubah hidup, yang apaling penting adalah merubah pola pikir (mindset) dahulu. Jika seseorang bisa merubah pola pikir (mindset)nya dan pola pikir yang baru menjadi dominan dalam pikiran atau menjadi pikiran bawah sadar, maka perubahan lingkungan, keadaan dan hidup akan terjadi. David J. Schwartz Ph.D dalam bukunya yang berjudulu “Berpikir dan Berjiwa Besar” mengatakkan “Anda adalah apa yang Anda pikirkan mengenai diri Anda”

 

Oleh: Ach. Irfa’i

Tidak ada komentar:

Posting Komentar