Minggu, 04 Januari 2015

FAKTA MEMBACA



إقرأ بسم ربك الذي خلق
       
1.      bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
Sekilas, mari kita pahami potongan ayat di atas dari lafadnya. Iqro yang berarti bacalah, kita lihat bawha kalimat iqro dalam bahasa arab merupakan kalimat fi’il (kata kerja/verb) yang berupa amar (kata perintah), kita tahu kalo ayat ini adalah perintah bagi kita untuk membaca,
Dalam bahasa arab “iqro” adalah fi’il amar yang asalnya ”qaro’a” (membaca/reading) dalam segi lafad, “qoro’a adalah fi’il muta’adi (transitive verb) or fi’il yang membutuhkan maf’ul (object) dimana ketika fi’il itu diucapkan, akan terjadi kekurang pahaman bahkan asalah paham because fi’il (kata kerja/verb) tersebut ga berpelengkap. Contoh: “makanlah!” maka akan timbul pertanyaan dalam benak kita, “apa yang dimakan?”. Yap! kurang lebih seperti itulah fi’il muta’adi.
Intinya, lafad “iqro” adalah fi’il muta’adi (intransitive verb). Di sini, timbul pertanyaan, kalo “iqro” itu fi’il muta’adi yang membutuhkan maf’ul (object), lantas dalam ayat tersebut, di mana maaf’ul (object)-nya? Eeits! jangan salah paham or berfikiran kalo Al Qur’an itu kurang bener tata bahasanya. Well! Dari pada antum salah paham dan penasaran, lebih baik kita bahas bareng-bareng permasalahan ini.
Dalam ilmu balaghah (sastra bahas arab) membuang salah satu kalimat dalam jumlah disebut “ijaz”, yang menandakan jumlah tersebut sangat luas maknanya. So, kalo ditafsirkan kurang lebih sperti ini:
بالمكتوب او بغير المكتوب) بسم ربك الذي خلق )إقرأ 
"bacalah (yang tertulis ataupun tidak tertulis) dengan nama Tuhanmu yang menciptakan”
Setelah lafad “iqro” kemudian dilanjut dengan lafad “bismi robbika”, kita menganalisa kembali dari bentuk lafad yang kedua, yaitu “bismi robbika”. Dalam ilmu Nahwu huruf “ba” yang ada dalam lafad “bismi” adalah huruf jer yang mempunyai beberapa makna, dan jika dilihat dari runtutan kalimatnya dapat ditarik salah satu makna dalam huruf “ba” tersebut, yaitu ba isti’anah, ba yang digunakan dalam kalimat untuk meminta pertolongan. Selain itu juga huruf jer selalu berhubungan dengan lafad sebelumnya atau yang biasa disebut dalam ilmu nahwu (ilmu tata bahasa Arab) mu’alaq dan ta’aluq (lafad yang saling berhubungan/bergantung) dimana lafad “iqro” sangat erat hubungan atau bergantung dengan lafad bismi. Allah A’lam.
kita sudah paham struktur kalimat pada ayat di atas. So! Kita dapat mengambil maksud dari ayat tersebut; bahwa Allah SWT memrintahkan hambaNya untuk terus membaca. Dalam Qaedah fiqih disebutkan “perintah menenjukan bahwa hal itu wajib”. So, kalo kita erat pegang qaedah ini, kesimpulannya bahwa, membaca itu hukumnya wajib. Wah! Berapa banyak dari kita yang kurang gemar membaca. May be! Kita dosa donk ga melaksanakan perintah Allah yang satu ini, yaitu membaca.
Bagi saya pribadi ayat tersebut adalah anjuran buat kita semua, anjuran tersebut pakai kalimat perintah, tujuannya agar membaca itu ga dianggap sepele. Agar membaca itu dijadikan sebagai kebutuhan. Allah menurunkan ayat ini sebagai wahyu pertama kali turun bukan tanpa excuse or alasan. Bahkan Nabi pun dipaksa untuk membaca sampai berkali-kali oleh malaikat Jibril. Dikatakan dalam kitab “Jawahir Al Bukhori” karya syeh Mushtofa Muhammad Imaroh, hadist Rasulullah tentang asbabun nuzul ayat diatas, diterangkan bahwa, ketika Rasulullah beruzlah di gua Hiro untuk bermunajat pada Allah, malaikat Jibril turun dan menghampiri Rasulullah menyuruh untuk membaca sampai tiga kali Rasulullah hanya menjawab “aku tidak bisa membaca”. At last! malaikat Jibril membacakan ayat di atas pada Rasulullah.
Peristiwa asbabun nuzul di atas menandakan, betapa penting dan besar manfaat  dari membaca sampai-sampai malaikat Jibril memaksa Rasulullah berkali-kali untuk membaca.
Di dalam membaca akan banyak menfaat yang kita petik. Akan banyak pengetahuan yang kita dapat dan akan banyak perubahan dalam diri kita, bahkan membaca itu dapat membantu perubahan nasib kita – masa sih? Nothing’s imphossible. Intinya, bacalah! – Dr. Ibraahim Elfiky sang maestro motivator muslim dunia yang karyanya paling terkenal berjudul “terapi berfikir positif”, mengatakan bahwa: apa yang Anda lihat, Anda dengar dan Anda baca akan menentukan nasib Anda. Dan beliau juga berkata “take time to read, it’s the foundation of wisdom”, gunakan waktu untuk membaca karena membaca adalah dasar kebijaksanaan”.
Perintah membaca pada ayat tersebut sudah kita tela’ah bersama dari struktur kalimatnya or tarkibannya (istilah santri dalam membaca kitab kuning) bahwa perintah membaca tersebut mempunyai makna yang sangat luas.perintah membaca dalam ayat tersebut sangatlah relative. So, ga terbatas hanya teks (bil maktub) saja tapi juga kontekstual (bi ghoeril maktub) juga.
Membaca teks pun ga terbatas hanya buku-buku pelajaran atau mata kuliah saja, tapi bisa saja buku-buku yang lainnya yang berisi pengetahuan, motivasi dan inspirasi. Buku-buku tersebut sangat membantu pengetahuan dan juga perubahan dalam hidup kita. Jika kita ingin memiliki pengetahuan akademik, bacalah buku tentang pengetahuan or pendidikan. Jika kita ingin mendapat inspirasi, dan energy semangat untuk mewujudkan impian or ingin sukses, bacalah buku-buku tentang motivasi, di situ bakal banyak pelajaran hidup yang sangat berharga dan bisa menginspirasi kita dan lain sebagainya. Jika kita ingin mendaptakan semuanya; pengetahuan, pendidikan, motivasi dan inspirasi, bacalah kitab yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW yaitu, Al Qur’an, bahkan kita bakal mendapatkan yang lebih dari itu, seperti; ketenangan jiwa, penyejuk jiwa, ilmu pengetahuan dan so pasti pahala, because setiap satu huruf dari Al Qur’an dikasih pahala sepuluh – kalo kita minimal baca surat Al Fatihah, kalo dikalkulasikan berapa banyak pahala yang kita dapat? So amazing, kan!? – bahkan yang lebih amazing lagi kitab kita ini up to date sepaanjang zaman, keasliannya dijamin 100% bahkan 1000%.
Koran, majalah dan lain sebagainya pun perlu kita baca, buat menunjang pengetahuan supaya kita up date terus tentang peristiwa dan fenomena yang terjadi di belahan bumi ini khususnya di Negara kita.
Intinya kita kudu sering up date pengetahuan lewat membaca. Dengan begitu kita bakal menjadi makhluk yang berpengetahuan meski tingkat pendidikan kita rendah (bersyukurlah yang pelajar dan mahasiswa) but itu ga jadi problem bagi kiat, toh belajar kan ga harus di bangku sekolah or kuliah istilahnya beyond school, gitu!. Belajar ga terikat ruang dan waktu. Kita mungkin kenal sepupu Rasulullah. Yap! Abdullah bin Abbas, beliau mendatangi dari pintu ke pintu istilahnya door to door ke rumah-rumah sahabat untuk belajar suatu hadits yang di sampaikan Rasulullah. Beliau pun amat dekat dengan Rasulullah tujuannya agar beliau mendapat ilmu dari Rasulullah. Maka Rasulullah pun mendoakan beliau “Ya Allah! Jadikanlah pemuda ini seorang yang pandai dalam urusan agama dan tafsir”. At last! Beliau menjadi ahli tafsir di kalangan sahabat Rasulullah. Beliau belajar ga di majlis-majlis saja tapi door to door ke rumah-rumah sahabt
Ilmuwan modern, kita kenal Albert Einstien manusia yang jenuis, teorinya yang sangat terkenal tentang “relativitas”. Semasa sekolah beliau sering bolos demi mendapat banyak waktu untuk membaca dan meneliti. Beliau mendapat banyak pengetahuan dan menjadi ilmuwan bukan dari bangku sekolah saja tapi dari membaca dan meneliti. Yap! Itulah contoh kecil orang-orang yang belajar beyond school (ga belajar di bangku sekolah).

KEMAAJUAN KARENA MEMBACA
Yuk! Kita intip Negara-negara maju karena budaya membaca, saya mengutip dari buku “keajaiban belajar” yang ditulis oleh Yunsirno penemu metode “kampoeng jenius” beliau juga memiliki segudang pengetahuan melalui berbagai buku yang beliau baca.
Kita mulai dari Negara Amerika, orang-orang Amerika rata-rata menghabiskan 25 milyar dolar untuk membeli buku – kalo dikalkulasikan pakai Rupiah, berapa trilyun? Hitung aja sendiri! – Bahkan abad 21 di Amerika disebut era perbukuan. Lebih dari 100.000 judul buku diterbitkan setiap tahun. Situs Amazon.com menjadi salah satu situs terbesar dan tersukses karena menjual buku. Tercatat mereka menyediakan sekitar 3.000.000 judul buku.
Kita telusuri ke Negara jepang. Mereka adalah pembelajar terbaik. Jumlah toko buku di jepang teramat banyak, hampir ada di setiap kelurahan. Jumlahnya berbanding dengan toko buku di Amerika, padahal luas Amerika sekitar 26 kali luas negeri Jepang, dan penduduk Amerika pun hamper dua kali lipat penduduk jepang.
Jepang memiliki took buku raksasa seperti Konokunikaya, Taiseido dan Maruzen. Bahkan took buku Taiseidio yang terletak di Tokyo memiliki delapan lantai yang semuanya menjual buku dan selalu ramai seperti mall-mall.
Amerika dan jepang juga bangsa yang gemar membaca berita. Bahkan jika Koran terbesar adalah The New York Times yang beredar sekitar 1,5 juta eksemplar per hari, Koran-koran Jepang jauh dari pada itu. Koran terbesar mereka adalah Yhomiuri Shimbun terbit sekitar 14 juta eksemplar per hari. Sementara Koran Asahi terbit sekitar 12 juta eksemplar per hari. Sebuah angka yang fantastis, bukan sob?
Sekarang kita lihat tokoh-tokoh besar dari ilmuan Muslim dan non Muslim yang menjadi besar karena kegemarannya membaca dan terinspirasi dari buku-buku yang dibaca. Khalifah Bani Abbasiyah tersukses, Harun Ar-Rasyid adalah penggemar buku-buku karya filosof Yunani Plato dan Aristoteles, Si jenius Ibnu Sina saat berhasil menyembuhkan putrid Khalifah hanya minta satu hadiah: diizinkan membaca buku-buku di perpustakaan istana. Khalifah Al Makmun rela membayar buku dengan emas seberat buku itu bagi penterjemahnya.
Napoleon, penakluk benua Eropa pun adalah seorang gila buku, ia membaca buku-buku tentang Alexander Agung, Julius Caesar, Homer Plato bahkan ia pun membaca Al Qur’an.
Salah seorang terkaya di dunia pengusaha di perusahaan Microsoft, Bill Gates menghabiskan buku-buku computer di perpustakaan sekolahnya hanya dalam waktu beberapa bulan.
Dan jika semua Nabi memiliki mukjizat sesuai zamannya, uniknya Nabi terahi, Muhammad adalah sebuah buku yang bernama Al Qur’an ayat pertamanya menyuruh umatnya untuk membaca “iqro” (bacalah!).
Demikianlah, alasan Allah menurunkan ayat yang berbunyi “iqro” sebagai wahyu yang pertama kali turun. Dampaknya saangat besar untuk perkembangan dan perubahan kita. So, reading is everything but  raeding is nothing without applying

MEMBACA KONTEKSTUAL (Iqro Bi Ghoiril Maktub)
Setelah kita bahas tentang membaca secara tekstual, yaitu: membaca hal-hal yang berupa tulisan. Kita lanjutkan, membahas tentang membaca kontekstual (iqro bi ghoiril maktub).
Membaca kontekstual dalam ilmu fiqih disebut istiqro yaitu metode yang digunakan para fuqoha dalam menganalisa suatu permasalahan yang tidak ada dalil secara teks/nash untuk mengambil suatu kesimpulan yang kemudian dijadikan hukum, inilah yang disebut dalil istiqro (penelitian) dalam fiqih.
Istiqro dalam kamus Munawir berarti meneliti. Istiqro adalah masdar dari fi’il madi (kata kerja lampau/past tense) istaqro’a, yang berasal dari bentuk lafad qoro’a yang berarti membaca, dengan ditambah tiga huruf yaitu: hamzah, sin dan ta yang berada diawal huruf pokok.
Istiqro juga sering dipakai oleh filosof dalam menganalisa dan menganalogikan suatu permasalahan berdasarkan realita. Di sinilah yang dimaksud membaca kontekstual. Membaca alam sekitar dengan memahami ayat-ayat Allah yang tidak tertulis.
Banyak ilmuwan dan penemu baik dari kalangan muslim ataupun non muslim yang menjadikan natijaah or kesimpulan dari metode istiqro sebagai suatu bidang ilmu dan penemuan. Di bidang ilmu matematika dari ilmuwan muslim kitaa kenaal dengan Al Khawarizmi, beliau adalah pencetus angka nol (kebayang kan? Kalo ga ada jasa beliau mungkin kita bakal gaa tahu mana uang seratus sampai satu juta). Di bidang ilmu filsafat, kita kenal dengan Aristoteles dan Plato. Di bidang ilmu kedokteraan kitaa kenal dengan Ibnu Sina seorang ilmuwan muslim. Di bidang penemuan kita kenal Thomas Alfa Edison seorang penemu lampu bohlam dengan penelitian dan percobaannya dikatakan sampai 999 kali percobaan yang gagal. Demikianlah contoh kecil ilmuwan dan penemu yang membaca ayat-ayat Allah yang ga tertulis sehingga menjadi ilmu pengetahuan dan penemuan yang bisa kita rasakan saampai sekarang ini. Masih banyak lagi contoh yang lainnya.
Intinya, membaca kontekstual adalah membaca ayat-ayat Allah yang ga tertulis. Bertafakur, memikirkan alam sekitar dengan merenungi tanda-tanda kebesaran Allah yang tanpa batas, seperti; membaca fenomena alam dan lain sebagainya.


                                                                                                Brebes, 04 Januari 2015
                                                                                                Penulis

                                                                                                Ach. Irfa’i

Tidak ada komentar:

Posting Komentar