إقرأ بسم ربك الذي خلق
1.
bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
Sekilas,
mari kita pahami potongan ayat di atas dari lafadnya. Iqro yang berarti
bacalah, kita lihat bawha kalimat iqro dalam bahasa arab merupakan kalimat
fi’il (kata kerja/verb) yang berupa amar (kata perintah), kita tahu
kalo ayat ini adalah perintah bagi kita untuk membaca,
Dalam
bahasa arab “iqro” adalah fi’il amar yang asalnya ”qaro’a”
(membaca/reading) dalam segi lafad, “qoro’a” adalah fi’il muta’adi (transitive verb)
or fi’il yang membutuhkan maf’ul (object) dimana ketika fi’il
itu diucapkan, akan terjadi kekurang pahaman bahkan asalah paham because fi’il
(kata kerja/verb) tersebut ga berpelengkap. Contoh: “makanlah!” maka akan
timbul pertanyaan dalam benak kita, “apa yang dimakan?”. Yap! kurang lebih
seperti itulah fi’il muta’adi.
Intinya,
lafad “iqro” adalah fi’il muta’adi (intransitive verb). Di sini,
timbul pertanyaan, kalo “iqro” itu fi’il muta’adi yang
membutuhkan maf’ul (object), lantas dalam ayat tersebut, di mana maaf’ul
(object)-nya? Eeits! jangan salah paham or berfikiran kalo Al Qur’an itu kurang
bener tata bahasanya. Well! Dari pada antum salah paham dan penasaran, lebih
baik kita bahas bareng-bareng permasalahan ini.
Dalam ilmu balaghah
(sastra bahas arab) membuang salah satu kalimat dalam jumlah disebut “ijaz”,
yang menandakan jumlah tersebut sangat luas maknanya. So, kalo
ditafsirkan kurang lebih sperti ini:
بالمكتوب او بغير المكتوب) بسم ربك الذي خلق )إقرأ
"bacalah (yang tertulis
ataupun tidak tertulis) dengan nama Tuhanmu yang menciptakan”
Setelah
lafad “iqro” kemudian dilanjut dengan lafad “bismi robbika”, kita
menganalisa kembali dari bentuk lafad yang kedua, yaitu “bismi robbika”.
Dalam ilmu Nahwu huruf “ba” yang ada dalam lafad “bismi”
adalah huruf jer yang mempunyai beberapa makna, dan jika dilihat dari
runtutan kalimatnya dapat ditarik salah satu makna dalam huruf “ba”
tersebut, yaitu ba isti’anah, ba yang digunakan dalam kalimat untuk
meminta pertolongan. Selain itu juga huruf jer selalu berhubungan dengan
lafad sebelumnya atau yang biasa disebut dalam ilmu nahwu (ilmu tata bahasa
Arab) mu’alaq dan ta’aluq (lafad yang saling berhubungan/bergantung)
dimana lafad “iqro” sangat erat hubungan atau bergantung dengan lafad
bismi. Allah A’lam.
kita
sudah paham struktur kalimat pada ayat di atas. So! Kita dapat mengambil maksud
dari ayat tersebut; bahwa Allah SWT memrintahkan hambaNya untuk terus membaca. Dalam
Qaedah fiqih disebutkan “perintah menenjukan bahwa hal itu wajib”. So, kalo
kita erat pegang qaedah ini, kesimpulannya bahwa, membaca itu hukumnya wajib.
Wah! Berapa banyak dari kita yang kurang gemar membaca. May be! Kita dosa donk
ga melaksanakan perintah Allah yang satu ini, yaitu membaca.
Bagi
saya pribadi ayat tersebut adalah anjuran buat kita semua, anjuran tersebut
pakai kalimat perintah, tujuannya agar membaca itu ga dianggap sepele. Agar
membaca itu dijadikan sebagai kebutuhan. Allah menurunkan ayat ini sebagai
wahyu pertama kali turun bukan tanpa excuse or alasan. Bahkan Nabi pun dipaksa
untuk membaca sampai berkali-kali oleh malaikat Jibril. Dikatakan dalam kitab “Jawahir
Al Bukhori” karya syeh Mushtofa Muhammad Imaroh, hadist Rasulullah tentang
asbabun nuzul ayat diatas, diterangkan bahwa, ketika Rasulullah beruzlah di gua
Hiro untuk bermunajat pada Allah, malaikat Jibril turun dan menghampiri
Rasulullah menyuruh untuk membaca sampai tiga kali Rasulullah hanya menjawab
“aku tidak bisa membaca”. At last! malaikat Jibril membacakan ayat di atas pada
Rasulullah.
Peristiwa
asbabun nuzul di atas menandakan, betapa penting dan besar manfaat dari membaca sampai-sampai malaikat Jibril
memaksa Rasulullah berkali-kali untuk membaca.
Di
dalam membaca akan banyak menfaat yang kita petik. Akan banyak pengetahuan yang
kita dapat dan akan banyak perubahan dalam diri kita, bahkan membaca itu dapat
membantu perubahan nasib kita – masa sih? Nothing’s imphossible. Intinya,
bacalah! – Dr. Ibraahim Elfiky sang maestro motivator muslim dunia yang
karyanya paling terkenal berjudul “terapi berfikir positif”, mengatakan bahwa:
apa yang Anda lihat, Anda dengar dan Anda baca akan menentukan nasib Anda. Dan
beliau juga berkata “take time to read, it’s the foundation of wisdom”, gunakan
waktu untuk membaca karena membaca adalah dasar kebijaksanaan”.
Perintah
membaca pada ayat tersebut sudah kita tela’ah bersama dari struktur kalimatnya or
tarkibannya (istilah santri dalam membaca kitab kuning) bahwa perintah membaca
tersebut mempunyai makna yang sangat luas.perintah membaca dalam ayat tersebut
sangatlah relative. So, ga terbatas hanya teks (bil maktub) saja tapi juga
kontekstual (bi ghoeril maktub) juga.
Membaca
teks pun ga terbatas hanya buku-buku pelajaran atau mata kuliah saja, tapi bisa
saja buku-buku yang lainnya yang berisi pengetahuan, motivasi dan inspirasi.
Buku-buku tersebut sangat membantu pengetahuan dan juga perubahan dalam hidup
kita. Jika kita ingin memiliki pengetahuan akademik, bacalah buku tentang
pengetahuan or pendidikan. Jika kita ingin mendapat inspirasi, dan energy
semangat untuk mewujudkan impian or ingin sukses, bacalah buku-buku tentang
motivasi, di situ bakal banyak pelajaran hidup yang sangat berharga dan bisa
menginspirasi kita dan lain sebagainya. Jika kita ingin mendaptakan semuanya;
pengetahuan, pendidikan, motivasi dan inspirasi, bacalah kitab yang diwahyukan
kepada Nabi Muhammad SAW yaitu, Al Qur’an, bahkan kita bakal mendapatkan yang
lebih dari itu, seperti; ketenangan jiwa, penyejuk jiwa, ilmu pengetahuan dan
so pasti pahala, because setiap satu huruf dari Al Qur’an dikasih pahala
sepuluh – kalo kita minimal baca surat Al Fatihah, kalo dikalkulasikan berapa
banyak pahala yang kita dapat? So amazing, kan!? – bahkan yang lebih amazing
lagi kitab kita ini up to date sepaanjang zaman, keasliannya dijamin 100%
bahkan 1000%.
Koran,
majalah dan lain sebagainya pun perlu kita baca, buat menunjang pengetahuan supaya
kita up date terus tentang peristiwa dan fenomena yang terjadi di belahan bumi
ini khususnya di Negara kita.
Intinya
kita kudu sering up date pengetahuan lewat membaca. Dengan begitu kita bakal
menjadi makhluk yang berpengetahuan meski tingkat pendidikan kita rendah (bersyukurlah
yang pelajar dan mahasiswa) but itu ga jadi problem bagi kiat, toh belajar kan
ga harus di bangku sekolah or kuliah istilahnya beyond school, gitu!.
Belajar ga terikat ruang dan waktu. Kita mungkin kenal sepupu Rasulullah. Yap!
Abdullah bin Abbas, beliau mendatangi dari pintu ke pintu istilahnya door to
door ke rumah-rumah sahabat untuk belajar suatu hadits yang di sampaikan
Rasulullah. Beliau pun amat dekat dengan Rasulullah tujuannya agar beliau
mendapat ilmu dari Rasulullah. Maka Rasulullah pun mendoakan beliau “Ya Allah!
Jadikanlah pemuda ini seorang yang pandai dalam urusan agama dan tafsir”. At
last! Beliau menjadi ahli tafsir di kalangan sahabat Rasulullah. Beliau belajar
ga di majlis-majlis saja tapi door to door ke rumah-rumah sahabt
Ilmuwan
modern, kita kenal Albert Einstien manusia yang jenuis, teorinya yang sangat
terkenal tentang “relativitas”. Semasa sekolah beliau sering bolos demi
mendapat banyak waktu untuk membaca dan meneliti. Beliau mendapat banyak
pengetahuan dan menjadi ilmuwan bukan dari bangku sekolah saja tapi dari
membaca dan meneliti. Yap! Itulah contoh kecil orang-orang yang belajar beyond
school (ga belajar di bangku sekolah).
KEMAAJUAN
KARENA MEMBACA
Yuk!
Kita intip Negara-negara maju karena budaya membaca, saya mengutip dari buku “keajaiban
belajar” yang ditulis oleh Yunsirno penemu metode “kampoeng jenius” beliau juga
memiliki segudang pengetahuan melalui berbagai buku yang beliau baca.
Kita
mulai dari Negara Amerika, orang-orang Amerika rata-rata menghabiskan 25 milyar
dolar untuk membeli buku – kalo dikalkulasikan pakai Rupiah, berapa trilyun?
Hitung aja sendiri! – Bahkan abad 21 di Amerika disebut era perbukuan. Lebih
dari 100.000 judul buku diterbitkan setiap tahun. Situs Amazon.com menjadi
salah satu situs terbesar dan tersukses karena menjual buku. Tercatat mereka
menyediakan sekitar 3.000.000 judul buku.
Kita
telusuri ke Negara jepang. Mereka adalah pembelajar terbaik. Jumlah toko buku
di jepang teramat banyak, hampir ada di setiap kelurahan. Jumlahnya berbanding
dengan toko buku di Amerika, padahal luas Amerika sekitar 26 kali luas negeri
Jepang, dan penduduk Amerika pun hamper dua kali lipat penduduk jepang.
Jepang
memiliki took buku raksasa seperti Konokunikaya, Taiseido dan Maruzen. Bahkan
took buku Taiseidio yang terletak di Tokyo memiliki delapan lantai yang
semuanya menjual buku dan selalu ramai seperti mall-mall.
Amerika
dan jepang juga bangsa yang gemar membaca berita. Bahkan jika Koran terbesar
adalah The New York Times yang beredar sekitar 1,5 juta eksemplar per
hari, Koran-koran Jepang jauh dari pada itu. Koran terbesar mereka adalah Yhomiuri
Shimbun terbit sekitar 14 juta eksemplar per hari. Sementara Koran Asahi
terbit sekitar 12 juta eksemplar per hari. Sebuah angka yang fantastis,
bukan sob?
Sekarang
kita lihat tokoh-tokoh besar dari ilmuan Muslim dan non Muslim yang menjadi besar
karena kegemarannya membaca dan terinspirasi dari buku-buku yang dibaca. Khalifah
Bani Abbasiyah tersukses, Harun Ar-Rasyid adalah penggemar buku-buku karya
filosof Yunani Plato dan Aristoteles, Si jenius Ibnu Sina saat berhasil
menyembuhkan putrid Khalifah hanya minta satu hadiah: diizinkan membaca
buku-buku di perpustakaan istana. Khalifah Al Makmun rela membayar buku dengan emas
seberat buku itu bagi penterjemahnya.
Napoleon,
penakluk benua Eropa pun adalah seorang gila buku, ia membaca buku-buku tentang
Alexander Agung, Julius Caesar, Homer Plato bahkan ia pun membaca Al Qur’an.
Salah
seorang terkaya di dunia pengusaha di perusahaan Microsoft, Bill Gates
menghabiskan buku-buku computer di perpustakaan sekolahnya hanya dalam waktu
beberapa bulan.
Dan
jika semua Nabi memiliki mukjizat sesuai zamannya, uniknya Nabi terahi,
Muhammad adalah sebuah buku yang bernama Al Qur’an ayat pertamanya menyuruh
umatnya untuk membaca “iqro” (bacalah!).
Demikianlah,
alasan Allah menurunkan ayat yang berbunyi “iqro” sebagai wahyu yang pertama
kali turun. Dampaknya saangat besar untuk perkembangan dan perubahan kita. So, reading
is everything but raeding is nothing
without applying
MEMBACA
KONTEKSTUAL (Iqro Bi Ghoiril Maktub)
Setelah
kita bahas tentang membaca secara tekstual, yaitu: membaca hal-hal yang berupa
tulisan. Kita lanjutkan, membahas tentang membaca kontekstual (iqro bi ghoiril
maktub).
Membaca
kontekstual dalam ilmu fiqih disebut istiqro yaitu metode yang digunakan
para fuqoha dalam menganalisa suatu permasalahan yang tidak ada dalil secara
teks/nash untuk mengambil suatu kesimpulan yang kemudian dijadikan hukum,
inilah yang disebut dalil istiqro (penelitian) dalam fiqih.
Istiqro
dalam kamus Munawir berarti meneliti. Istiqro adalah masdar dari fi’il madi
(kata kerja lampau/past tense) istaqro’a, yang berasal dari bentuk lafad
qoro’a yang berarti membaca, dengan ditambah tiga huruf yaitu: hamzah,
sin dan ta yang berada diawal huruf pokok.
Istiqro juga sering dipakai oleh filosof dalam menganalisa dan
menganalogikan suatu permasalahan berdasarkan realita. Di sinilah yang dimaksud
membaca kontekstual. Membaca alam sekitar dengan memahami ayat-ayat Allah yang
tidak tertulis.
Banyak
ilmuwan dan penemu baik dari kalangan muslim ataupun non muslim yang menjadikan
natijaah or kesimpulan dari metode istiqro sebagai suatu bidang ilmu dan
penemuan. Di bidang ilmu matematika dari ilmuwan muslim kitaa kenaal dengan Al
Khawarizmi, beliau adalah pencetus angka nol (kebayang kan? Kalo ga ada jasa
beliau mungkin kita bakal gaa tahu mana uang seratus sampai satu juta). Di bidang
ilmu filsafat, kita kenal dengan Aristoteles dan Plato. Di bidang ilmu
kedokteraan kitaa kenal dengan Ibnu Sina seorang ilmuwan muslim. Di bidang
penemuan kita kenal Thomas Alfa Edison seorang penemu lampu bohlam dengan
penelitian dan percobaannya dikatakan sampai 999 kali percobaan yang gagal.
Demikianlah contoh kecil ilmuwan dan penemu yang membaca ayat-ayat Allah yang
ga tertulis sehingga menjadi ilmu pengetahuan dan penemuan yang bisa kita
rasakan saampai sekarang ini. Masih banyak lagi contoh yang lainnya.
Intinya,
membaca kontekstual adalah membaca ayat-ayat Allah yang ga tertulis.
Bertafakur, memikirkan alam sekitar dengan merenungi tanda-tanda kebesaran Allah
yang tanpa batas, seperti; membaca fenomena alam dan lain sebagainya.
Brebes,
04 Januari 2015
Penulis
Ach.
Irfa’i
Tidak ada komentar:
Posting Komentar