air mata Abu Bakar di Penghujung Hayat Rasulullah
Semburat
mega di ufuk barat mewarnai langit sore Arafah di hari jum’at, sekelompokan
umat Islam mulai memadati tanah yang menjadi salah satu syarat sahnya hajji,
mereka mulai membangun tenda-tenda penginapan dan mempersiapkan untuk
bermunajat di penghujung sore. Sementara unta-unta yang menjadi kendaraan
utama, mereka ikat di tiang-tiang tenda.
Tampak
dari jauh sinar wajah seseorang yang sedang menepuk-nepuk pundak untanya memberikan
isyarat agar untanya merendahkan punggungnya, lalu beliau menyandarkan badannya
di punggung unta, sinar wajah itu tak sedikitpun menampakkan rasa lelah meski
selama beberapa hari beliau memimpin hajji umatnya dan ini ibadah haji penutup
dari ibadah haji sebelumnya, hajji perpisahan. Ya beliaulah seorang yang
menjadi panutan umat Islam, Rasulullah SAW.
Matahari
tampak setengah lingkaran, sinar mulai menampakkan warna merah jingga.
Rasulullah masih dalam posisi bersandar di bahu untanya, tiba-tiba Rasulullah
tersentak kaget sekujur tubuhnya bergetar dikejutkan oleh makhluk Allah yang
tidak pernah sedikitpun maksiat kepadaNya, Rasulullah bergegas bangkit dari
punggung untanya beliau tampak bahagia akan mendaptkan risalah dari Allah. “Hai
Muhammad! Telah sempurna urusan agamamu di hari ini dan telah ditetapkan semua
yang diperintahkan oleh Tuhanmu dan semua yang dilarang Tuhanmu, maka
kumpulkanlah sahabt-sahabatmu dan beritahulah pada mereka bahwa saya tidak akan
lagi turun kepadamu setelah hari ini”. perintah Jibril kepada beliau.
Kemudian
beliau bergegas dan menepuk pundak untanya memberikan isyarat untuk bangun. sejurus
kemudian beliau mulai menaikinya dan bergegas menuju ke Madinah. Sesampainya di
Madinah beliau bergegas mendatangi para sahabatnya dan memerintahkan agar semua
sahabat yang lain yang berada jauh dari lingkungan rumah Rasulullah diperintahkan
untuk kumpul.
Satu-persatu
dan sekelompokan sahabat mulai berdatangan dan memadati lingkungan rumah
Rasulullah, bagai jamaah hajji mereka berkumpul menjadi satu di pelataran rumah
Nabi.
Pandangan
mata para sahabat mengikuti gerak langkah Nabi menuju mimbar sorot mata mereka
di penuhi rasa cinta yang mendalam terhadap beliau dan rasa bahagia tak
terbendung lagi setelah mereka tahu dari salah satu sahabat bahwa nabi akan
menyampaikan wahyu.
Beliau
telah di atas mimbar, semua kepala merunduk penuh hormat, mulut sahabt tertutup
rapat. Semua menajamkan pendengaran dan menuntaskan kerinduan pada suara sang
Nabi. Semua menyiapkan hati, untuk disentuh serangkaian hikmah dari Nabi.
Nabi
membacakan ayat yang telah di sampaikan oleh Allah melalui malaikat Jibril dan Nabi
memberikan kabar bahwa telah sempurna urusan agamanya. Kebahagian para sahabat
tak terbendung, Semua air mata bercucuran membasahi wajah-wajah mereka. Mereka bersorak
gembira “agama kita telah sempurna, agama kita telah sempurna”. sekali-kali
mereka serentak membacakan takbir “Allahu Akbar, Allahu Akbar, telah
sempurna agama kita, telah sempurna agama kita”. Gemuruh takbir dan rasa
Syukur memecahkan kesunyian malam itu
Abu
Bakar duduk termangu di tengah-tengah kebahagiaan umat Islam. Tatapannya kosong
memndang kearah langit malam. Air mata hangat menetes membasahi kedua pipinya.
Beliau tersedu-sedu di tengah gemuruh rasa syukur dan suara takbir umat Islam atas
kabar gembira yang Rasul sampaikan.
Air
matanya semakin tak tertahankan lagi. Beliau bernjak berdiri dari duduknya dengan
sekujur tubuh lunglai dan langkah kaki yang gemetar menuju rumahnya. Sesampai
di rumah beliau menutup rapat-rapat pintu dan langsung beranjak menuju kamar. Suara
tangisny pecah menembus gelap malam kota madinah dan tak terhentikan sampai di
penghujung waktu dhuha.
Tangisannya
terdengar sampai ketelinga para sahabat. Mereka berbondong-bondong mendatangai
rumah Abu Bakar “Hai Abu Bakar! Apa yang membuat kau menangis di saat-saat
kebahagiaan seperti ini, bukankah Allah telah menyempurnakan agama kita?”
Tanya salah seorang sahabat kepada beliau. Dengan kesedihan yang masih
menyelimuti hati dan nada tersedu-sedu, beliau menjawab “Hai sahabat! Kalian
tidak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi pada kalian, apakah kalian tidak tahu?
Jika suatu urusan telah sempurna maka akan terlihat kekurangannya. Ini adalah
suatu pertanda dan kabar bagi kita, bahwa kita akan berpisah dengan Rasul di
dunia, Hasan dan Husain akan menjadi anak yatim dan istri-istri beliau menjadi
janda”. Sontak, air mata sahabat yang berada di sekeliling beliau menetes
deras, tangisan para sahabat memecahkan kebahagiaan di hari itu. Ruang kamar
beliau di penuhi tangisan para sahabat.
Salah
seorang sahabat dengan hati diselimuti kesedihan beranjak keluar dari rumah Abu
Bakar kaki yang lunglai memaksakan pergi menemui Rasulullah. Sejalan kemudian
beliau bertemu Rasulullah dan menatap wajah beliau dengan sorot mata kesedihan dan
mengadukan perihal yang terjadi pada para sahabat “Ya Rasulullah! Saya tidak
tahu apa yang terjadi pada para sahabat, saya mendengar tangisan mereka dan
jeritan mereka”. aduan salah sorang sahabat pada Rasulullah dengan suara tersedu-sedu.
Mendengar hal itu, sinar wajah beliau berubah. Beliau berdiri dan bergegas
mandatangi rumah Abu bakar.
Tangisan
para sahabat masih menyelimuti ruang kamar Abu Bakar di tengah kehadiran sang
pemimpin umat, “Apa yang membuat kalian menangis?” Tanya Rasulullah
melihat mereka sedih. Ali Bin Abu Tholib R.A berdiri menghadap Rasulullah
dengan sura tersedu-sedu menjawab “Abu Bakar mengatakan: saya mendengar
kabar akan dekat wafatnya Rasulullah dari ayat ini. Apakah benar, ayat ini
menunjukan akan dekat wafatnya engkau?” sahabt Ali balik bertnya kepada
beliau. Dan Nabi menjawab “Ya benar, apa yang telah dikatakan Abu Bakar. Telah dekat perpindahanku dari kalian dan
telah tiba saatnya perpisahanku dengan kalian”. Sontak, tangisan Abu Bakar
pun semakin keras hingga beliau tak sadarkan diri, disusul sahabat Ali R.A dan
para sahabat yang lain, sekujur tubuh mereka bergetar dan tangisan pun tak
terbendung lagi. Semuanya hanyut dalam tangisan mereka.
Dengan
santun dan tenang meski di penuhi dengan kesedihan yang mendalam Nabi menyalami
satu-persatu dari mereka dan berpamitan. Tetes air mata Nabi pun tak terbendung
bergaris membasahi kedua pipinya dan
memberikan wasiat terakhir kepada mereka.
Dilansir dari kitab Durroh
Annashihin, Karya Utsman Bin Hasan Bin Ahmad Assyakir Al-Khubawi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar