Ke taman yang
lebih indah ataukah hinggap ke bunga yang lebih produktif menghasilkan sari
pati?
Aku tak tahu…
Entah jika
tamanku kering kerontang atau sari patiku tak produktif lagi.
Lalu aku ulurkan
tanganku dan aku rendahkan pundakku.
Tapi, jika kau
tetap ingin terbang, terbanglah.
Dan aku akan
mendongakkan kepalaku ke atas, melintasi batas pandang terbangmu.
Aku tundukkan
kepalaku ke tanah yang kering, sebab mataku ini tak mampu memandang batas
terbangmu…
Lalu, tak harus
aku menanti saat datangnya hujan.
aku sanggup
mencari tanah lembab. Agar aku dapati setetes air.
Dan aku tak
usah menengadahkan tangan kananku di bawah sayap kananmu.
Jika terbang,
terbanglah..
Hinggaplah
sesuka hatimu, jika angin memelukmu dalam kebahagiaan.
Ikutilah
selembut pelukannya, ikutilah selembut buaiannya.
Aku akan
tengadahkan kedua tangan ini, melantuntkan bait-bait harapan pada-Nya.
Mungkin aku
akan menjadi bingkai kisah yang terpojokkan oleh sayap indahmu.
Ataukah menjadi
lantunan suara lirih di hadapan-Nya.
Aku tak tahu…
Jika terbang,
terbanglah…
Tak usah
membelokkan kedua sayapmu
Aku masih mampu
berpotosintesis,
Lihat saja
diriku, mampu memberikkan oksigen kepada kumbang-kumbang dan kupu-kupu di
sekitarku.
Jika ingin
terbang, terbanglah
Temuiaku di
musim hujan saat kau pun mendapati taman yang lebih indah.
Semuanya akan
menjadi kisah usang.
Dan kisah
klasik yang amat melelahkan sayapmu dan tangkaiku dahulu.
Tengadahkan
saja kedua tanganmu, dan lantunkan bait-bait harapan kepada-Nya.
Lalu semuanya
akan baik-baik saja.
Cirebon, 07 Mei
2015
Oleh: Ach.
Irfa’i
Tidak ada komentar:
Posting Komentar