Selasa, 10 November 2015

KUPU-KUPUKU


Kupu-kupuku terbang entah kemana?
Ke taman yang lebih indah ataukah hinggap ke bunga yang lebih produktif menghasilkan sari pati?
Aku tak tahu…
Entah jika tamanku kering kerontang atau sari patiku tak produktif lagi.
Lalu aku ulurkan tanganku dan aku rendahkan pundakku.
Tapi, jika kau tetap ingin terbang, terbanglah.
Dan aku akan mendongakkan kepalaku ke atas, melintasi batas pandang terbangmu.

Aku tundukkan kepalaku ke tanah yang kering, sebab mataku ini tak mampu memandang batas terbangmu…
Lalu, tak harus aku menanti saat datangnya hujan.
aku sanggup mencari tanah lembab. Agar aku dapati setetes air.
Dan aku tak usah menengadahkan tangan kananku di bawah sayap kananmu.

Jika terbang, terbanglah..
Hinggaplah sesuka hatimu, jika angin memelukmu dalam kebahagiaan.
Ikutilah selembut pelukannya, ikutilah selembut buaiannya.
Aku akan tengadahkan kedua tangan ini, melantuntkan bait-bait harapan pada-Nya.

Mungkin aku akan menjadi bingkai kisah yang terpojokkan oleh sayap indahmu.
Ataukah menjadi lantunan suara lirih di hadapan-Nya.
Aku tak tahu…

Jika terbang, terbanglah…
Tak usah membelokkan kedua sayapmu
Aku masih mampu berpotosintesis,
Lihat saja diriku, mampu memberikkan oksigen kepada kumbang-kumbang dan kupu-kupu di sekitarku.

Jika ingin terbang, terbanglah
Temuiaku di musim hujan saat kau pun mendapati taman yang lebih indah.
Semuanya akan menjadi kisah usang.
Dan kisah klasik yang amat melelahkan sayapmu dan tangkaiku dahulu.
Tengadahkan saja kedua tanganmu, dan lantunkan bait-bait harapan kepada-Nya.
Lalu semuanya akan baik-baik saja.




Cirebon, 07 Mei 2015
Oleh: Ach. Irfa’i